terkini

Ads Google

Bukber Alumni, Ajang 'Pamer' Tak Terelakkan

Redaksi
4/23/22, 15:06 WIB Last Updated 2022-04-23T10:29:11Z


Oleh : Mahadir Mohammed


_"Kalian enaklah, kuliah. Kami yang tak kuliah ini, apa yang mau dibicarakan. Soalnya kawan-kawan kalau bukber alumni pasti keseluruhan ceritanya soal kuliah. Makannya kami agak minder."_


Lebih kurang itulah penggalan curhat seorang kawan lama di kampung halaman, tepat beberapa tahun silam ketika saya masih mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Ungkapan tersebut sangat membekas dan kembali hadir dalam ingatan setelah saya melihat beberapa foto-foto bukber alumni yang di-post oleh beberapa kawan-kawan di story WhatsApp saya dalam suasana bulan ramadhan ini.


Hal inilah yang membuat saya beberapa tahun belakangan ini jarang dan enggan untuk menghadiri bukber (buka bersama) alumni, khususnya alumni SMA saya dulu. Walaupun kerap saya menerima tuduhan sebagai seorang alumni yang paling sombong.


***


Sebenarnya bukan tanpa alasan, ketika saya tidak mau menghadiri bukber alumni. Bukan karena saya sombong atau apalah. Itu semua dikarenakan peristiwa bukber alumni beberapa tahun silam itu. Ketika itu saya menghadiri agenda bukber almuni SMA, saya merasakan keanehan dan kejijikkan.


Tepat diacara tersebut, saya menyaksikan teman-teman sekolah SMA saya dulu berceloteh sesama teman yang kuliah soal keseruan hariannya di kampus, pamer prestasi masing-masing selama berkuliah. Dan sesekali mereka juga menggibah orang-orang yang tidak hadir diagenda tersebut.


Jika dulu Descartes punya slogan "Cogitu Ergo Sum" yang artinya “Aku Berpikir Maka Aku Ada”. Maka dibukber alumni itu slogannya berubah menjadi "Aku Bukber Maka Aku Pamer". Yesss! Ada yang sensitif dengan kata-kata pamer? Mudah-mudahan tidak ada, ya? Karena ajang bukber alumni punya efek pamer yang tidak bisa kita pungkiri. Kita suka ataupun tidak. Itu pasti.


Sebenarnya tidak ada yang salah dengan celoteh dan adu pamer-pameran tersebut. Hanya saja, saya merasa itu kurang tepat. Kenapa? Karena yang menghadiri bukber alumuni itu tidak semua kawan-kawan alumni SMA yang dapat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Ada beberapa kawan yang putus biaya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga mereka akhirnya langsung terjun ke dunia kerja dan bahkan ada yang belum mendapatkan kerjaan tetap. Sebab kita tahu sendiri, sudah lulus kuliah pun masih sulit kita mendapatkan pekerjaan. Apalagi ijazah SMA. Itulah realitanya.


Setelah pertemuan diagenda bukber alumni waktu itu, beberapa kawan-kawan yang malah memutuskan keluar dari grup WhatsApp alumni. Karena merasa tidak pantas dicircle alumni, sebab mereka memandang obrolannya terlalu tinggi, jadi sudah berbeda pembahasan. Dan mereka merasa tidak percaya diri untuk mengobrol padahal masih sesama kawan.


***


Seperti kita alami bersama, temu alumni yang di wadahi oleh bukber dimomentum bulan ramadhan merupakan suatu agenda yang tidak bisa kita elakkan. Hampir sebagian besar dari kita pernah melakukan hal tersebut. Rasanya semacam tidak diakui keberadaan kita jika tidak ikut berpartisipasi dalam bukber alumni ini. Dicap inilah, dikatakan itulah. Hadeeeuh!


Tidak hanya di level almuni tingkat sekolah menengah saja, ditingkat apapun bukber alumni ini menjadi agenda rutinitas tahunan yang paling eksis, sampai dengan sekarang tidak terbantahkan keberadaannya. Entah itu bukber alumni SMP atau alumni SMA dan alumni macam-macamlah. Intinya jika sudah menyandang gelar alumni pasti akan terlibat agenda bukber.


Memang orientasi dari bukber alumni itu baik, pasti kita sepakat bahwa itu momentum untuk silaturahim, tapi jangan lupa bahwa orientasi lainnya adalah nostalgia. Bukan pamer harta benda dan sebagainya.


Bukber menjadi momentum untuk kita kembali menyerukkan kisah-kisah lama yang membuat kita tertawa bersama, lucu bersama dan itu semua bagi saya kita lakukan untuk menegasikan, bahwa dulu kita pernah berjuang bersama dan kembali merapatkan barisan persahabatan. Meniadakan perbedaan-perbedaan kelas dengan niatan untuk merajut kembali tali persahabatan tanpa batas entitas.


Memang setiap orang punya hak untuk mengobrol apapun, atau pamer apapun. Tapi bisa tidak? Pada saat bukber alumni kita hanya bercerita soal-soal peristiwa yang unik dimasa-masa sekolah saja, entah itu bercerita soal dihukum guru karena tidak mengantar tugas, cerita keributan di kelas saat guru tidak masuk. Entah itu soal bolos sekolah dan cerita-cerita lucu lainnya. Saya yakin, setiap kita punya cerita konyol waktu sekolah. Dan tentunya cerita itu sangat mengundang tawa, sehingga suasana pertemuan pun terasa lebih seru.


Jangan hanya terjebak mengobrol sebatas pamer kehebatan dan pencapaian yang telah dialami selama perkuliahan saja. Yang tidak semua orang yang hadir bisa suka dan nyambung dengan obrolan itu. Termasuk saya sendiri.


***


Saya yakin, tidak hanya dicircle alumni sekolah saya dulu, mungkin bagi kawan-kawan yang sudah pernah ratusan bahkan ribuan kali ikut bukber bisa menyaksikan ada manusia yang suka pamer. Apalagi manusia jenis ini pernah kuliah di negeri orang nan jauh atau punya segudang achievement yang menurutnya ini layak didengar oleh khalayak ramai.


Saya menyadari, bahwa manusia itu sangat senang diapresiasi, atau dipuji. Tapi maksud saya biarkan saja orang memuji dengan cara pandangnya sendiri terhadap kita, tidak perlu kita beberkan atau pamerkan dengan mulut kita sendiri. Apalagi saat bukber.


Lah! Kami kan pamer enggak merugikan situ? Enggak minta duit situ atas keberhasilan kami selama ini. Ya, memang betul. Terserah kalianlah mau ngomong apa, tapi alangkah lebih baiknya kehebatan Anda-anda itu disimpan saja. Toh! kita hadir diagenda bukber untuk merajut kebersamaan, bukan? Bukan wadah untuk pameran.


Kondisi yang saya alami, tidak menutup kemungkinan juga terjadi dibukber-bukber alumni yang lain. Dan mungkin bisa saja kita termasuk alumni yang suka pamer kali, ya? Atau memang bukber sudah berubah orientasinya sebagai ajang untuk pamer-pamer. Terkait pamer apa? Tentu kalian semuanya sudah pada tau yang saya maksud.


Teruntuk saya dan kita semua, tidak ada salahnya mau cerita dan pamer apapun. Monggo! Tapi lihat juga situasi dan kondisi. Hargai teman-teman lama yang mungkin nasibnya tidak seberuntung kita. 


Kesan pertemuan tak melulu soal kehebatan diri, bisa jadi hal-hal konyol yang diceritakan sangat mengakrabkan pertemuan. 


Tabik!

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Bukber Alumni, Ajang 'Pamer' Tak Terelakkan

Terkini

Topik Populer

Iklan

Close x