terkini

Ads Google

Jadi Langganan Banjir, Pemkab Dinilai Tidak Serius

Redaksi
12/03/23, 00:17 WIB Last Updated 2023-12-02T17:17:07Z


Kabaran Pelalawan - Banjir yang berasal dari luapan sungai kampar Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau merendam jalan penghubung wilayah Desa Sotol-Desa Tambak dan memutuskan akses utama transportasi darat di wilayah tersebut sejak jum’at (01/12) sore lalu.


Mahasiswa ITP-Pelalawan Indonesia Rendi Wiranata mengatakan, akibat cuaca di wilayah Kecamatan Langgam mengalami hujan sedang, namun dengan adanya pembukaan pintu bendungan PLTA KOTO PANJANG sebanyak 3 pintu pada beberapa hari lalu mengakibatkan debit air sungai kampar mengalami kenaikan dan membuat air sungai kampar meluap ke jalan lintas daerah penghubung Desa Sotol-Tambak sehingga tidak bisa dilalui kendaraan. 


“Jalan daerah penghubung Desa Sotol-Tambak ini sudah menjadi langganan banjir setiap tahun. Oleh karenanya saya meminta pemerintah daerah Kab. Pelalawan lebih serius menanganinya. Karena ini sangat berdampak pada aktivitas Pendidikan dan Perekonomian masyarakat, khususnya anak-anak Desa Sotol yang bersekolah, kuliah dan bekerja melewati jalan ini setiap harinya, ’’ ujar Rendi, Sabtu (3/12).


Selain itu Rendi yang juga merupakan Wakil Ketua Umum IPM-PB bersama BABINSA Desa Tambak, Serka Yondri menghimbau warga pengendara motor dan mobil agar tidak melintasi jalan lintas daerah tersebut, tepatnya di jembatan Desa Tambak karena tidak bisa dilewati akibat luapan sungai kampar dengan ketinggian air 50 cm pada badan jalan sepanjang lebih kurang 150 meter itu, juga memghimbau warga agar tidak mandi atau bermain di badan jalan karena arus banjir cukup deras.


Sementara itu salah satu warga Desa Sotol, Ardi mengatakan kepada kabaran.id warga sangat berharap pemerintah cepat mengatasi perihal banjir ini, salah satu cara agar bisa melewati jalan tersebut menggunakan jasa penyebrangan pompong yang disediakan oleh masyarakat Desa Tambak. 


“Ongkosnya Rp.10000 permotor sekali lewat jadi kalau masyarat Desa Sotol mau ke kelurahan harus membayar Rp.20000 untuk pulang pergi itupun hanya ada di siang hari saja’’ ucap ardi.


Pada dasarnya ada jalan alternatif lain, tapi menurut Ardi harus melewati jalan dalam perkebunan kelapa sawit milik masyarakat dan perusahaan setempat. 


"Namun jalannya banyak berlobang dan jarak tempuh yang sangat jauh," tutup Ardi.



Laporan : Salamuddin

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Jadi Langganan Banjir, Pemkab Dinilai Tidak Serius

Terkini

Topik Populer

Iklan

Close x