terkini

Ads Google

Kumpulan Puisi Aris

Redaksi
3/05/22, 22:15 WIB Last Updated 2022-03-05T16:08:09Z

 

Pengutang

 

Aku rela jadi mentari

yang membakar nelangsa

jika malam terbit nanti.

 

 

Mengutangi

 

Kuberikan setengah hati

serupa laguna di jantung sahara

untuk kau yang tak berperigi.


 

Melupakan Hutang

 

Tetapi kau pergi

kemudian kau pacari

tanah-tanah urban

 

Saat kembali nanti

lubang di dalam batin

telah menjadi tirani.

 

 

Menagih Hutang

 

Akulah musafir

aku hanya ingin menyembahkan diri

meski telah kehilangan zikir

 

Kau jadi petapa tua

tak terjamah jemariku

sampai kau lingsir di laut usia.

 

 

Membayar Hutang

 

Telah kau ciptakan bagiku

ombak—badai membawaku

kepada gulita di kedalaman

tiada tongkat Musa

bagi diri yang berlumur dosa.

 

Istriku, Lestari

 

Aku hanya ingin ada di hatimu

laiknya kau yang selalu

menari mengenakan beludru

Tak perlu kau bawakan aku

sepasang gunung

atau belukar yang membawaku

terus berada pada sumur yang berkapita

 

Lestari,

aku ingin kau mengingatku.

 

 

 

Monokrom Lestari

 

Tubuh kita berangsur gulita

Kisah yang misteri

di antara aku denganmu,

manakah yang akan bersua Tuhan lebih dulu?

 

Salju-salju di kepalaku

telah ambruk sejak kau pinang langit biru

bahkan dunia setelahnya

 

Dalam liang yang riuh akan tanya

merasakan dinginnya dan karib kepada cacing-belatung

dan nanah-darahmu sendiri,

akan kutasbihkan namamu

Tiada kekasih lain bagiku

bahkan setelah tujuh langkah pengantar

ukiran namamu di hatiku

tetap, tak akan pudar.

 

 

 


 

 

Biodata : Aris Setiyanto lahir 12 Juni 1996. Tinggal di Temanggung, Jawa Tengah. Buku puisinya, Lelaki yang Bernyanyi Ketika Pesawat Melintas (2020) dan Ketika Angin Berhembus (2021).

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Kumpulan Puisi Aris

Terkini

Topik Populer

Iklan

Close x