Oleh Adrian | Perdana Indonesia
Habis manis sepah dibuang. Sebuah peribahasa yang sangat cocok dengan Budi Arie Setiadi. Katanya, dalam politik tak ada kawan atau lawan abadi—yang abadi cuma kursi dan kepentingan. Tapi nasib Budi Arie belakangan ini membuktikan satu hal lain: dalam kabinet, manis bisa cepat habis, dan sepah pun langsung dibuang.
Baru kemarin rasanya kita lihat Budi Arie Setiadi dengan senyum lebar di Istana. Menteri Kominfo di zaman Jokowi lanjut Mentri Koperasi di zaman Prabowo, loyalis Jokowi, dan Ketua Umum Projo—organisasi yang dulu berteriak paling keras: "Jokowi, kita di belakangmu!"
Eh, hari ini, “belakangmu” itu berubah jadi “mantan pembantu presiden.” Dicopot, tapi masih santai. Mungkin karena sudah terbiasa duduk di lingkar kekuasaan, atau mungkin karena tahu—di politik, semua ini cuma gilir-gilir saja.
Sekarang Budi Arie kembali jadi Ketum Projo. Katanya, logo Projo mau diubah, biar nggak terkesan kultus individu. Padahal dulu, wajah Jokowi di logo itu seperti stempel sakral—bukti cinta sejati.
Tapi, ya begitulah. Setelah sepuluh tahun, cinta politik juga punya masa kadaluarsa.
Lucunya, Budi Arie memastikan, “Kami nggak putus hubungan dengan Jokowi.”
Kalimat yang terdengar mirip mantan bilang, “Kita masih bisa temenan, kan?”
Sementara di sisi lain, Projo sudah siap mendukung Presiden Prabowo dan Wapres Gibran. Canggung? Sedikit. Ironis? Banyak.
Kalau dulu teriak “Jokowi harga mati,” sekarang mungkin slogannya berubah jadi, “Yang penting masih di orbit kekuasaan.”
Dan begitulah realitas politik kita—bukan soal ideologi, tapi topologi: siapa di pusat, siapa di pinggiran.
Cerita Budi Arie ini bukan tragedi, tapi komedi satir khas republik.
Dari menteri jadi mantan, dari simbol loyalitas jadi simbol adaptasi.
Dalam politik Indonesia, permen manis kekuasaan itu selalu dikunyah ramai-ramai—dan ketika rasa manisnya habis, sisanya dibuang ke tong sejarah dengan alasan "transformasi organisasi."
Tapi tenang, Bang Budi. Sepah pun masih bisa direbus jadi teh politik, asal tahu kapan harus tersenyum dan bilang: “Yang penting masih di panggung.” 🍬🇮🇩
%20(1)-min.png)

%20(1)-min.png)
