Pada hari Rabu (22/Juni), ketua The Fed Jerome Powell mendapat kesempatan untuk memberikan testimoni di hadapan kongres AS. Dalam pernyataannya, Powell mengatakan perekonomian AS berada dalam kondisi sangat baik sehingga diperkirakan sanggup bertahan dengan suku bunga tinggi di masa mendatang.
"Saya melihat kondisi perekonomian AS sudah sangat solid dan dalam kondisi yang ideal untuk bertahan di lingkungan suku bunga tinggi," kata Powell saat menyampaikan testimoni.
Ia merasa sangat optimis terhadap kondisi fundamental AS secara keseluruhan. Walaupun sektor investasi bisnis melambat dan pasar properti mendingin, laju GDP masih meningkat pesat selama kuartal kedua karena didorong oleh pertumbuhan konsumsi.
Dengan tingkat inflasi AS yang saat ini berada di dekat level tertinggi 40 tahun, Powell berjanji akan melakukan penyesuaian kebijakan moneter secara lebih agresif demi bisa menekan inflasi ke target 2 persen.
"Pembuat kebijakan The Fed (FOMC) sepakat untuk berjuang melawan lonjakan inflasi dan membawanya kembali turun hingga target kami sebesar 2 persen. Keputusan kami melakukan rate hike dalam beberapa bulan terakhir sudah tepat dan akan terus memantau tingkat inflasi ke depannya,” ungkap Powell.
Pernyataan terbaru Powell mengindikasikan bawah The Fed tidak akan mengesampingkan skenario pengetatan kebijakan moneter secara lebih agresif di tengah lonjakan harga komoditas energi. Sayangnya, hal ini tak banyak berdampak pada pergerakan Dolar AS.
Saat berita ini diturunkan, Indeks Dolar berada pada kisaran 104.22, tidak jauh dari harga pembukaan harian. Secara keseluruhan, indeks yang mengukur kekuatan Dolar AS terhadap sejumlah mata uang mayor ini terkonsolidasi dengan kecenderungan melemah dalam beberapa hari terakhir.
Momentum penguatan tampaknya gagal didapat meski pernyataan hawkish dari petinggi bank sentral biasanya dapat menaikkan permintaan pasar.