KABARAN.ID | JAKARTA — Harga emas dunia turun lebih dari 1% pada awal pekan ini, menyusul aksi ambil untung investor setelah logam mulia tersebut menyentuh level tertinggi dalam delapan minggu. Penurunan ini terjadi di tengah ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran serta antisipasi pasar terhadap keputusan suku bunga The Fed.
Mengutip CNBC, Selasa (17/6/2025), harga emas di pasar spot turun ke level USD 3.392,86 per ons, setelah sempat menyentuh USD 3.398. Pada Jumat sebelumnya, emas sempat melonjak lebih dari 1% di tengah konflik bersenjata yang berkecamuk di Timur Tengah.
“Pergerakan naik sebelumnya lebih banyak dipicu oleh konflik Israel-Iran. Penurunan hari ini kemungkinan besar karena aksi ambil untung setelah reli emas beberapa hari terakhir,” ujar David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures.
Sementara itu, pasar juga menunggu hasil pertemuan dua hari Federal Reserve yang berakhir Rabu (18/6/2025). The Fed diperkirakan akan menahan suku bunga tetap, di tengah ketidakpastian global seperti perang dagang AS-China dan risiko tarif baru.
Ketegangan lain muncul antara Presiden AS Donald Trump dan Ketua The Fed Jerome Powell. Meski Trump menyatakan tak akan memecat Powell, perbedaan pandangan soal kebijakan moneter menjadi perhatian pelaku pasar.
Pengamat komoditas, Ibrahim Assuaibi memprediksi harga emas masih berpeluang naik, seiring konflik geopolitik yang belum reda dan minimnya kepastian ekonomi global. “Bisa menembus USD 3.600 bahkan USD 3.700 dalam waktu dekat,” ujarnya.
Logam mulia seperti emas tetap menjadi pilihan utama investor saat kondisi global tidak menentu. Emas dianggap sebagai aset aman yang mampu mempertahankan nilai di tengah inflasi dan gejolak geopolitik.
Selain emas, harga perak di pasar spot tercatat stabil di USD 36,33 per ons, platinum naik 2% menjadi USD 1.252,57, dan paladium turut menguat 0,8% ke USD 1.036,10 per ons.