terkini

Ads Google

Iqra pintu gerbang menuju Indonesia Emas

Redaksi
6/23/25, 11:09 WIB Last Updated 2025-06-23T04:09:21Z


PricewaterhouseCoopers (PwC) merilis sebuah riset tentang outlook perekonomian yang mengatakan Indonesia merupakan negara yang digadang-gadang menjadi kekuatan ekonomi terbesar ke-4 di dunia pada Tahun 2050. Namun ada beberapa hal penting yang menjadi catatan untuk mendukung realisasi riset tersebut. Salah satunya adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni. Memenuhi ketersediaan SDM yang mumpuni pun bisa dilakukan dengan banyak cara, namun yang paling mendasar adalah kemampuan dalam hal literasi khususnya membaca. Kemampuan literasi yang rendah akan menjadi faktor yang menghambat kemajuan pendidikan dan pembangunan nasional. 


Salah satu problematika di era digital adalah sebagian masyarakat enggan untuk mencari informasi melalui jalur membaca. Kemauan yang ingin serba instan membuat mereka lebih suka mencari informasi melalui media visual seperti video. Tidak ada yang salah, namun kebiasaan tersebut akan membuat daya berpikir secara kitis akan menurun. Bahkan kIta bisa merasakan bagaimana membaca buku kerap kalah pamor dengan menggulir layar media sosial.


Membaca adalah fondasi penting bagi kemajuan individu, bangsa dan peradaban. Namun hari ini justru semakin terpinggirkan. Padahal tanpa kita sadari banyak sekali manfaat dari membaca yang berdampak positif bagi individu dan nantinya akan berefek dalam ketersediaan SDM Indonesia yang unggul demi mencapai pembangunan nasional yang maksimal. Beberapa manfaat yang bisa kita dapatkan dari membaca adalah dengan membaca akan memperkaya wawasan dan membentuk pola pikir kritis. Selain itu kebiasaan membaca dapat menumbuhkan kemampuan dalam literasi dan komunikasi.


Programme for International Student Assessment (PISA) yang merupakan suatu studi untuk mengevaluasi sistem pendidikan, menyebutkan data per tahun 2022 Indonesia berada pada urutan ke 69 dari 80 negara. Urutan ini ditunjukkan berdasarkan nilai skor PISA dari setiap negara, dimana untuk Indonesia sendiri skor kemampuan literasi dalam membaca adalah 359, dalam matematika adalah 366 dan sains 383 dengan total keseluruhan 1.108. Hal ini menunjukkan kemampuan literasi siswa Indonesia sangat memprihatinkan. Bahkan United nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 2016, yang menyebutkan bahwa minat baca Indonesia ada di urutan ke-60 dari 61 negara dalam daftar. UNESCO juga menyebut kalau indeks minat baca warga Indonesia berada di angka 0,001%, yang berarti dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 yang rajin membaca. 


Rendahnya minat baca di Indonesia terjadi bukan tanpa alasan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut.


Pertama, minimnya akses terhadap bahan bacaan. Hal ini bisa kita lihat dengan tidak meratanya persebaran perpustakaan beberapa daerah di Indonesia yang layak dan mudah dijangkau. ini membuat masyarakat khususnya di daerah terpencil kesulitan mendapatkan akses terhadap bahan bacaan. Ketersedian buku bacaan yang ada di perpustakaan juga menjadi sebab minimnya akses terhadap bahan bacaan. Selain itu harga buku yang cenderung mahal juga bisa membuat masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah sulit untuk mendapatkan buku yang ingin dibaca.


Kedua adalah kurangnya kebiasaan membaca sejak dini. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan seseorang, terutama untuk anak-anak. Kebiasaan orang tua, guru dan lingkungan yang rendah literasinya akan menjadi contoh yang kurang baik bagi anak-anak. Kurangnya dorongan dan motivasi yang baik dari sebuah lingkungan juga menentukan kebiasaan anak-anak tersebut. 


Ketiga, kareana kecanduan media sosial. Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa masyarakat terutama generasi muda, saat ini lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial daripada membaca buku. Hal ini membuat mereka tidak memiliki waktu untuk membaca dan minat baca mereka pun menurun.


Beberapa pernyataan yang disebutkan sebelumnya tentu mempunyai solusi juga yang menjadi tugas bersama antara pemerintah dan masyarakat guna menciptakan generasi yang melek literasi demi mencapai kemampuan SDM yang diinginkan untuk bangsa yang lebih unggul. Diantaranya dengan meningkatkan kualitas dan fasilitas perpustakaan di Indonesia, menghidupkan lingkungan yang melek dengan literasi dan tentu bisa memanfaatkan dan membatasi penggunaan media sosial sesuai dengan kebutuhan. 


Kita bisa menyimpulkan bahwa membaca bukan sekedar hobi, namun kebutuhan zaman. Meningkatkan kemampuan literasi harus dimulai sejak dini dan dari sekarang. Karena agar nantinya bangsa ini mempunyai kualitas SDM yang siap untuk menghadapi tantangan zaman dan menuju Indonesia yang lebih baik.

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Iqra pintu gerbang menuju Indonesia Emas

Terkini

Topik Populer

Iklan

Close x