Pekanbaru, kabaran.id – Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Prof. Brian Yuliarto bersama Anggota Komisi X DPR RI Dr. Hj. Karmila Sari, SKom, MM, melakukan kunjungan kerja ke Universitas Lancang Kuning (Unilak) di Pekanbaru, Riau, pada Sabtu (28/6/2025). Kunjungan ini, yang menjadi kunjungan pertama Mendiktisaintek ke universitas di Riau, menyoroti komitmen Unilak dalam mendukung pendidikan inklusif bagi mahasiswa disabilitas.
Kedatangan Prof. Brian dan Karmila Sari disambut oleh Ketua Yayasan Pendidikan Raja Ali Haji, Prof. Dr. Irwan Effendi, Rektor Unilak Prof. Dr. Junaidi, Kepala LLDIKTI Wilayah XVII Dr. H. Nopriadi, SKM, MKes, serta wakil rektor, dosen, dan mahasiswa. Dalam sambutannya, Prof. Junaidi menyampaikan kebanggaan Unilak atas kunjungan ini, menegaskan dedikasi kampus dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang ramah disabilitas.
Dalam diskusi bertema “Mewujudkan Pendidikan Inklusi, Aksesibilitas, dan Kesetaraan di Perguruan Tinggi” di Aula Perpustakaan Unilak, Karmila Sari menyoroti kendala fasilitas untuk mahasiswa disabilitas, seperti kurangnya jalur landai (ramp) yang sering dianggap sebagai “biaya ekstra” oleh kampus. Ia mendesak pemerintah membantu perguruan tinggi menyediakan fasilitas khusus untuk mendukung aksesibilitas.
Karmila juga menekankan perlunya bantuan berkelanjutan bagi mahasiswa disabilitas, yang mayoritas berasal dari keluarga menengah ke bawah. “Kami berharap pemerintah membuka wawasan keluarga untuk mendorong anak-anak disabilitas meraih cita-cita,” ujarnya. Ia juga mengusulkan agar lulusan disabilitas dapat menjadi guru di SLB, SMP, atau SMA, serta mendesak implementasi kuota 2% untuk disabilitas di BUMN.
Senada, Prof. Brian Yuliarto mengapresiasi Unilak sebagai percontohan kampus ramah disabilitas. Ia mencatat bahwa saat ini hanya 114 perguruan tinggi di Indonesia memiliki Unit Layanan Disabilitas (ULD), dengan 3.582 mahasiswa disabilitas terdaftar di 249 perguruan tinggi. “Unilak menjadi teladan bagi kampus lain dalam mengembangkan layanan inklusif,” katanya.
Mendiktisaintek berkomitmen memfasilitasi kebutuhan mahasiswa disabilitas, termasuk dengan surat rekomendasi untuk peluang kerja di perusahaan. Ia berbagi pengalaman dari Jepang, di mana anak-anak berkebutuhan khusus terintegrasi tanpa rasa canggung di sekolah dan masyarakat. “Pendidikan tidak boleh membedakan. Dengan kerja keras, anak-anak disabilitas bisa meraih impian,” tegasnya.
Diskusi ini menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat untuk mewujudkan pendidikan inklusif. Unilak diharapkan terus menjadi pelopor dalam menciptakan akses pendidikan yang setara bagi semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas