Sidoarjo, Kabaran.id – Upaya pencarian korban ambruknya Musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, terus dikebut tim gabungan. Memasuki hari keenam operasi pada Sabtu (4/10/2025), fokus utama diarahkan pada evakuasi jenazah, identifikasi korban, dan pendampingan keluarga.
Operasi SAR yang melibatkan BNPB, Basarnas, BPBD, TNI, Polri, dan sejumlah relawan ini mencatat total 167 korban, dengan 118 telah ditemukan. Dari jumlah tersebut, 104 selamat—terdiri dari satu pulih total, 11 masih dirawat, dan 92 telah dipulangkan—serta 14 meninggal dunia. Sementara itu, 49 orang lainnya masih dalam pencarian, setelah sembilan jenazah baru berhasil dievakuasi dari puing beton bangunan empat lantai itu.
Kepala BNPB Letjen TNI (Purn) Suharyanto, S.Sos., M.M. menegaskan, pencarian dilakukan siang malam menggunakan kombinasi alat berat dan metode manual untuk menjangkau area berisiko tinggi. “Tidak pernah kekurangan personel di lapangan. Lebih dari 400 petugas bergantian tiga shift setiap 24 jam dan terus bekerja secara profesional,” ujarnya.
Proses identifikasi dilakukan di RS Bhayangkara Surabaya oleh tim Disaster Victim Identification (DVI). Tiap jenazah diverifikasi melalui sidik jari, DNA, serta data antemortem dari keluarga. Langkah ini memastikan penyerahan jenazah tepat identitas dan memenuhi hak keluarga, termasuk proses administratif serta santunan.
Tantangan besar dihadapi karena sebagian besar korban merupakan anak-anak dan remaja tanpa identitas resmi. Tim DVI mengandalkan data fisik tambahan seperti tanda lahir, gigi, pakaian terakhir, hingga rekam DNA bila diperlukan, untuk menjaga akurasi identifikasi.
BNPB juga telah membuka posko terpadu bagi keluarga korban. Di lokasi ini, tersedia layanan informasi, pelaporan orang hilang, serta dukungan psikososial dari Polri, Dinas Sosial, dan relawan. Tambahan tenda logistik dan fasilitas keluarga didirikan di area RS Bhayangkara untuk memberi kenyamanan dan dukungan emosional.
“Nanti di RS Bhayangkara, keluarga korban akan lebih nyaman. Semua kebutuhan logistik dan fasilitas pendampingan disiapkan secara maksimal,” kata Suharyanto.
Ia menegaskan, penanganan darurat tidak hanya berfokus pada pencarian, tetapi juga pemenuhan hak dan ketenangan keluarga korban. “Ini kerja kemanusiaan yang menyatukan semua unsur—pemerintah, aparat, dan relawan—tanpa mengenal lelah,” tuturnya.
---
KI