Kemenangan Zohran Mamdani dan Guncangan Politik Identitas

New York Kabaran.id — Pernyataan keras datang dari Menteri Diaspora dan Pemberantasan Antisemitisme Israel, Amichai Chikli, yang mengecam wali kota terpilih New York City, Zohran Mamdani, sebagai pendukung Hamas. Chikli bahkan menyerukan agar warga Yahudi di kota itu pindah ke Israel setelah kemenangan Mamdani.

“Kota yang dulu menjadi simbol kebebasan dunia kini menyerahkan kuncinya kepada seorang pendukung Hamas,” tulis Chikli di platform X, Rabu (5/11/2025).

Ia menambahkan, pandangan Mamdani tidak jauh berbeda dengan kelompok ekstremis yang menyerang New York pada 11 September 2001 — sebuah pernyataan yang memicu kontroversi luas di tengah euforia kemenangan politik progresif di Amerika Serikat.

Zohran Mamdani, 34 tahun, menjadi sosok bersejarah setelah terpilih sebagai wali kota muslim pertama New York City. Ia berjanji menjadikan kota itu lebih terjangkau dan inklusif bagi seluruh warganya. Dalam berbagai kesempatan, Mamdani mengecam antisemitisme, namun juga menyoroti islamofobia yang kian menguat terhadap dirinya.

Dikenal sebagai pendukung lama perjuangan rakyat Palestina, Mamdani menyebut Israel sebagai “rezim apartheid” dan menyebut perang di Gaza sebagai genosida. Sikapnya itu memicu kemarahan di sebagian komunitas Yahudi dan elite politik konservatif.

Kemenangan Mamdani diraih di tengah serangan politik identitas yang tajam. Mulai dari kampanye hitam di media, tekanan elite bisnis, hingga tuduhan langsung dari mantan Presiden Donald Trump yang menyebutnya sebagai “pembenci Yahudi.”

Namun bagi banyak warga New York, kemenangan Mamdani justru mencerminkan semangat baru kota yang beragam dan plural, tempat berbagai agama, etnis, dan pandangan bisa hidup berdampingan.

Kini, dunia menatap New York — bukan hanya sebagai kota besar yang memilih pemimpin baru, tetapi juga sebagai cermin ujian toleransi dan demokrasi di era politik global yang makin terpolarisasi.