Dukung Moratorium Hutan

LSI: Kepemimpinan Hijau Ala Dedi Mulyadi yang Patut Dicontoh Kepala Daerah Lain

Oleh Adrian | Perdana Indonesia.

Di tengah hujan yang makin sering turun tanpa musim, tanah yang retak lalu tiba-tiba berubah menjadi banjir bandang, kita belajar satu hal: alam tidak pernah dendam, ia hanya membalas dengan cara yang paling jujur. Dan di saat banyak pemimpin sibuk memadamkan bencana setelah terjadi, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi memilih menutup kran kerusakan bahkan sebelum air naik ke dada rakyatnya.

Moratorium penebangan hutan yang ia berlakukan bukan sekadar tanda tangan di atas kertas—ia semacam tamparan halus bagi kepala daerah lain: berani tidak menjaga rumah kita sebelum roboh?

Toto Izul Fatah dari LSI mengatakan, Indonesia butuh lebih banyak pemimpin yang berhati hijau seperti KDM. Pernyataan itu bukan pujian kosong. KDM sudah lama dikenal membawa nilai leluhur Sunda ke dalam kebijakan: leuweung kudu caian, sagara kudu awian. Hutan harus tetap basah, laut harus tetap bernafas.

Ia bahkan tak segan membongkar vila mewah yang berdiri congkak di Puncak dan menuding bangunan liar di bantaran sungai sebagai biang potensi longsor. Banyak yang menonton, sedikit yang berani mengeksekusi. Dan KDM memilih menjadi sedikit itu.

Langkah ini bukan sekadar strategi politik; ini bentuk ibadah sosial, kata KDM. Merawat alam sama dengan merawat nyawa. Nilai yang senada hadir dalam agama apa pun—dari imago dei dalam Kristen hingga Tri Hita Karana di Hindu. Alam adalah titipan, bukan properti.

Ketika pemimpin memahami ini, rakyat punya harapan jangka panjang: air yang jernih, udara yang tidak dihitung dengan masker, masa depan yang tidak ditukar dengan izin tambang.

Mungkin kita bosan mendengar kata “antisipasi bencana”, tapi moratorium ini membuktikan bahwa pencegahan lebih mulia daripada penyesalan. KDM membuka pintu. Tinggal kita bertanya: apakah pemimpin lain berani melangkah masuk?

#MoratoriumHutan #DediMulyadi #JawaBaratHijau #Lingkungan #PerdanaIndonesia