Kabaran Meranti, Diduga kecewa dan sedih melihat anaknya menangis sepulang dari acara pembagian hadiah dalam perlombaan peringatan hari besar islam disalah satu musholla desa Mengkirau. Oknum bidan desa inisial "R" Menuliskan status di akun media sosial Facebook milik pribadinya yang kemudian dibalas di kolom komentar oleh suaminya berinisial "A" Dengan kalimat yang tidak layak untuk diucapkan kepada guru. Hal tersebut menuai komentar panjang dan kegaduhan pembicaraan hangat di tengah-tengah masyarakat desa Mengkirau.
Salah satu tokoh masyarakat Mengkirau menyampaikan ke awak media bahwa kejadian itu berawal dari kesalahan pemahaman anak bidan tersebut dalam menerima informasi pengumuman.
Berawal panitia perlombaan memberikan pengumuman pemenang lomba azan dan menghafal nama-nama nabi.
Saat pengumuman disebutkan nama anak bidan tersebut dijuara lomba hafalan nama nabi mendapatkan juara harapan satu atau juara empat. Namun saat disampaikan pengumuman adalah untuk juara azan terlebih dahulu. Saat itu juga anak bidan tersebut maju. Namun Teman-teman nya memberitahu bahwa yang dipanggil juara pemenang lomba azan. Anak itu tidak dapat juara. Karena terlanjur sudah maju anak sang bidan merasa malu dan sedih sehingga langsung pulang sambil menangis.
Saat pemanggilan pemenang lomba hafalan nama nabi dipanggil lah nama anak bidan tersebut. Namun tak kunjung hadir, panitia berusaha mencari-cari keberadaan anak tersebut. Namun diketahui dari yang hadir kalau anak tersebut sudah meninggalkan lokasi acara.
Dari situlah bermula status di Facebook milik sang bidan yang ditimpali dengan beraneka ragam komentar.
Salah satu tokoh masyarakat Mengkirau menginginkan agar akibat prilaku sang bidan dan suaminya bisa diberikan pelajaran setimpal.
"Kami merasa sangat kecewa dan marah. Saat beliau mengambil tarif pengobatan yang tak wajar kami masih bisa memaklumi dan diam saja. Tapi kali ini kami sangat kesal dan geram Karena dia menghina guru-guru kami yang ada didesa Mengkirau. Ini sangat tidak terpuji. Kami tak mau lagi melihat dia berada dikampung kami. Semoga Bupati dan dinas kesehatan bisa memberikan sanksi yang layak" Ungkap salah satu tokoh masyarakat yang berinisial "M" tidak mau diketahui namanya .
(Das/KI)