terkini

Ads Google

Awan Suram Ekonomi 2025: RI Hadapi Perlambatan

Sri Handayani
6/05/25, 13:28 WIB Last Updated 2025-06-05T06:30:05Z
Awan Suram Ekonomi 2025: RI Hadapi Perlambatan
Awan Suram Ekonomi 2025: RI Hadapi Perlambatan (Foto: Bloomberg-Al Drago)

Kabaran.Id, Jakarta - Awan kelabu menggantung di langit ekonomi Indonesia. Sejumlah lembaga internasional dan domestik kini kompak memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi RI tahun 2025. Bukan tanpa alasan, kombinasi tekanan eksternal—seperti kebijakan tarif era Trump yang kembali menghantui—dan faktor domestik menjadi pemicu utama koreksi serentak ini.

OECD menjadi yang terbaru memangkas proyeksi pertumbuhan RI menjadi 4,7%, dari sebelumnya 4,9%. Ini adalah revisi kedua sepanjang 2025. Dalam laporannya, OECD menyoroti tekanan dari merosotnya harga komoditas dan ketegangan perdagangan global yang bisa menggerus ekspor, mempersempit surplus, serta menambah tekanan ke nilai tukar dan inflasi.

Bank Indonesia pun menyesuaikan ekspektasi. Pertumbuhan yang sebelumnya diyakini berada pada kisaran 4,7%—5,5%, kini turun ke 4,6%—5,4%. Ironisnya, penurunan ini terjadi saat BI justru menaikkan estimasi pertumbuhan ekonomi global, mencerminkan bahwa tekanan lebih banyak berasal dari dalam negeri.

Bank Dunia dan IMF tak ketinggalan memangkas ekspektasi ke angka 4,7%. Bahkan, IMF dalam World Economic Outlook terbaru menyebut perlambatan pertumbuhan sebagai fenomena regional di Asia Tenggara, di mana Indonesia terkena dampak ganda dari penurunan ekspor dan tekanan eksternal akibat tarif perdagangan baru dari AS.

Di tingkat domestik, para ekonom sepakat bahwa tantangan masih besar. Bhima Yudhistira dari Celios menyebut momen pasca-Lebaran dan stimulus yang kurang merata membuat dorongan konsumsi sulit mengangkat ekonomi. Sementara itu, Josua Pardede dari Permata Bank menilai pencapaian pertumbuhan di atas 5% semakin sulit terwujud, kecuali ada pelonggaran moneter agresif.

Bank Mandiri dalam pandangannya menyebut kondisi saat ini sebagai fase normalisasi. Meski pertumbuhan melambat ke 4,87% di kuartal I/2025, Andry Asmoro menekankan perlunya stabilisasi kebijakan agar perekonomian tetap tangguh.

Dengan kombinasi risiko geopolitik, tekanan nilai tukar, serta perlambatan mitra dagang utama seperti China, Indonesia kini harus bersiap menghadapi 2025 dengan strategi ekonomi yang lebih presisi dan inklusif. Koreksi yang terjadi bukan sekadar angka di atas kertas, melainkan peringatan keras bahwa arah ekonomi ke depan memerlukan navigasi hati-hati—bukan sekadar optimisme. *
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Awan Suram Ekonomi 2025: RI Hadapi Perlambatan

Terkini

Topik Populer

Iklan

Close x