Dari Warung ke Meja Kekinian
Di sudut kota Bandung, di sebuah warung sederhana di pinggir Jalan Braga, Ibu Eni (45) sibuk meracik karedok. Kolplay, tauge, dan mentimun segar direndam dalam bumbu kacang pedas yang wangi.
“Ini makanan sehat dari dulu, cuma sekarang anak muda baru sadar,” katanya sambil tersenyum. Di era 2025, ketika diet berbasis nabati (plant-based diet) mendominasi tren kesehatan global, kuliner Sunda seperti karedok, ulen, dan sayur asem tiba-tiba naik daun.
Bukan cuma nostalgia, tapi fakta ilmiah: makanan tradisional Jawa Barat ini kaya serat, vitamin, dan antioksidan yang bikin badan bugar tanpa perlu diet ketat. Mari kita telusuri mengapa kuliner Sunda jadi rahasia kesehatan yang lagi hits.
Karedok: Salad Sunda yang Mengguncang Dunia
Karedok, si “salad Sunda”, bukan sembarang sayuran. Bayam-bayam, kolplay, tauge, dan kemangi disiram bumbu kacang kaya rempah, dari kencur sampai cabai rawit.
Menurut jurnal Nutrients (2023), sayuran mentah dalam karedok seperti kolplay dan tauge mengandung serat tinggi yang membantu turunkan kolesterol LDL hingga 10% jika dikonsumsi rutin. Kacang tanah dalam bumbunya? Jangan remehkan.
Penelitian dari Harvard Medical School (2024) menyebut kacang-kacangan kaya lemak tak jenuh yang mendukung kesehatan jantung.
Di lapangan, karedok kini bukan cuma menu warung. Di kafe-kafe kekinian di Dago, karedok disajikan dalam mangkuk estetik dengan topping chia seed atau alpukat, menarik perhatian Gen Z yang haus akan makanan sehat tapi Instagramable. “Aku dulu mikir karedok kampungan, tapi sekarang tiap minggu bikin sendiri. Rasanya fresh, badan enteng,” ujar Dinda (23), content creator asal Bandung yang punya 50 ribu followers di Instagram.
Tren ini juga didorong oleh kampanye global “Eat Local, Live Longer” yang menggaungkan makanan lokal sebagai kunci hidup sehat.
Ulen: Camilan Tradisional yang Bikin Kenyang Lebih Lama
Jauh sebelum granola bar jadi tren, orang Sunda punya ulen—ketan bakar yang legit dan kaya tekstur. Ulen, atau ketan bakar, terbuat dari beras ketan yang kaya karbohidrat kompleks.
Menurut Journal of Food Science (2024), karbohidrat kompleks dalam ketan melepaskan energi secara perlahan, bikin kenyang lebih lama, dan stabilkan gula darah—solusi buat yang mau ngemil tanpa takut gemuk.
Di Lembang, pedagang ulen seperti Pak Ujang (50) kini kebanjiran pesanan. “Dulu cuma dijual di pasar, sekarang anak muda pesan online buat sarapan sehat,” katanya. Ulen juga mulai dikreasikan dengan topping modern, seperti kelapa parut organik atau madu lokal dari Ciwidey. Kombinasi ini bukan cuma enak, tapi juga kaya serat dan antioksidan dari kelapa, yang menurut penelitian Antioxidants (2025) bisa meningkatkan imunitas.
Siapa sangka camilan kampung ini jadi saingan protein bar impor?
Sayur Asem: Sup Tradisional dengan Kekuatan Superfood
Sayur asem, dengan jagung manis, melinjo, dan daun kol, adalah comfort food yang kini dilirik sebagai superfood. Asam jawa dalam kuahnya kaya antioksidan polifenol, yang menurut American Journal of Clinical Nutrition (2024) bisa kurangi risiko inflamasi dan penyakit kronis seperti diabetes tipe 2. Daun melinjo? Jangan salah, penelitian Universitas Gadjah Mada (2023) menyebut daun ini punya senyawa bioaktif yang mendukung kesehatan pencernaan.
Di Purwakarta, warung makan Bu Yanti (38) jadi viral di TikTok karena sayur asemnya yang “bikin badan segar”. “Aku tambahin kacang merah biar lebih nendang, anak muda suka,” ujarnya.
Tren ini selaras dengan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) 2025, yang merekomendasikan konsumsi sayur beragam untuk cegah penyakit jantung—sesuatu yang sayur asem penuhi dengan sempurna. Di media sosial, hashtag #SayurAsemChallenge bahkan mulai muncul, di mana anak muda berlomba bikin versi sayur asem mereka sendiri.
Mengapa Kuliner Sunda Cocok dengan Tren Kesehatan 2025?
Tren diet berbasis nabati dan makanan lokal di 2025 didorong oleh kesadaran akan kesehatan dan lingkungan. Menurut laporan Global Food Trends (2025), 68% konsumen muda di Asia Tenggara lebih memilih makanan lokal yang berkelanjutan ketimbang makanan olahan impor. Kuliner Sunda, yang minim pengolahan dan kaya bahan segar, pas banget dengan tren ini.
Plus, harganya ramah kantong dibandingkan superfood impor seperti quinoa atau kale.Namun, ada tantangan.
“Banyak anak muda masih nganggap makanan Sunda ‘kuno’ atau ribet bikinnya,” kata Dr. Ani Susanti, ahli gizi dari Universitas Padjadjaran. Solusinya? Kreativitas. Kafe-kafe di Bandung kini sajikan karedok dalam wrap tortilla atau ulen sebagai topping smoothie bowl. Media sosial juga jadi kunci: influencer lokal seperti @Sundaeats (120 ribu followers) rutin promosikan resep kuliner Sunda dengan gaya modern, bikin makanan ini relevan buat Gen Z.
Dari Warung ke Dunia, Kesehatan ala Sunda
Karedok, ulen, dan sayur asem bukan cuma makanan—mereka adalah warisan kesehatan yang kini jadi bintang di era 2025. Dengan serat, antioksidan, dan karbohidrat kompleks, kuliner Sunda menawarkan solusi sehat yang enak dan terjangkau. Di tengah gemerlap tren global, kisah Ibu Eni, Pak Ujang, dan Bu Yanti mengingatkan kita: kadang, rahasia hidup sehat sudah ada di dapur nenek kita. Jadi, kapan kamu coba bikin karedok sendiri? Atau, lebih seru lagi, ikut #SayurAsemChallenge di TikTok?Call to Action: Share resep kuliner Sunda favoritmu di kolom komentar atau coba racik karedok versi kekinian.
Oleh Adrian | Founder AyoSehat.info