terkini

Ads Google

Mengenang 80 Tahun Pengibaran Bendera Merah Putih di Selatpanjang

Redaksi
10/17/25, 11:12 WIB Last Updated 2025-10-17T04:12:19Z



Catatan : Datuk Seri Afrizal Cik,  Ketua Umum DPH LAMR Kepulauan Meranti


Hari ini,  17 Oktober 2025, genaplah sudah 80 tahun Bendera Merah Putih untuk pertama kali berkibar di Selatpanjang, Ibukota Kabupaten Kepulauan Meranti. Pengibaran Bendera Merah Putih yang pertama sekali itu dilaksanakan pada 17 Oktober 1945.


Setelah Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan di Jakarta pada 17 Agustus 1945, beberapa hari berikutnya hingga berbulan-bulan berita itu terus menyebar dari satu kota ke kota lainnya. Penyebaran itu ada yang secara langsung dari mulut ke mulut,  surat kabar,  dan lembaran stensilan.  Pada masa itu alat komunikasi sangat terbatas, tidak secanggih saat ini.  


Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu akhirnya sampai juga ke  Selatpanjang. Wan Ali Husin, seorang telegrafis adalah orang yang pertama menerima berita tersebut melalui Kantor Pos, Telegraf dan Telepon (PTT).  


Usai menerima telegram,  Telegrafis Wan Ali Husin segera menyampaikan berita kemerdekaan  itu ke beberapa tokoh pejuang pergerakan di Selatpanjang, antara lain,  Mas Selamat, Wan Sulung, dan Mas Diran. 


Sesuai dengan berita dari telegram tersebut, maka segera dibentuk Badan Aksi Kemerdekaan untuk wilayah Selatpanjang. Maka terpilihlah Mas Selamat sebagai ketuanya. 


Badan Aksi Kemerdekaan menyampaikan berita Proklamasi Kemerdekaan  Indonesia secara berantai kepada masyarakat. Pada awalnya, kegiatan ini bersifat "bawah tanah" karena Tentara Pendudukan Jepang masih berkuasa di Selatpanjang. Kekejaman Tentara Pendudukan Jepang,  dilawan oleh para Pejuang Selatpanjang.  Keberanian melawan ini disebabkan rasa cinta tanah air yang mendalam.  


Karena kuatnya semangat dari para pejuang menyebarluaskan berita kemerdekaan ini,  membuat Gunco Selatpanjang, Mohammad Sirin akhirnya memberi izin menyebarkan berita secara terbuka. Maka,  bergerak bebaslah Badan Aksi Kemerdekaan menyebarkan berita Kemerdekaan Indonesia ke seluruh perkampungan yang ada di sekitar Selatpanjang (Sekarang Kabupaten Kepulauan Meranti). Bahkan sebagian dari para tokoh pejuang ini pergi ke kota lain untuk memastikan kabar Kemerdekaan Indonesia.  Berita yang didapat oleh Wan Sulung yang pergi ke Pekanbaru dan Datuk Majo Panjang ke Tembilahan,  lebih memastikan berita Kemerdekaan Indonesia.


Rakyat Selatpanjang di seluruh pelosok menyambut Kemerdekaan Indonesia dengan sangat antusias.  Mereka mengantungkan harapan bahwa kemerdekaan adalah era baru untuk masa depan yang lebih baik. 


Di sisi lain,  para pemuda Selatpanjang juga menyambut Kemerdekaan Indonesia dengan membentuk Barisan Pemuda Republik Indonesia (BPRI). Adapun susunan pengurus BPRI adalah :

Ketua : Paku Siahaan

Sekretaris : A.  Bakar Oemar

Anggota : Wan Sulung,  Mas Selamat,  dan Mas Diran. 


Para pemuda yang tergabung dalam BPRI selanjutnya merancang dan mempersiapkan waktu yang tepat untuk melaksanakan pengibaran Bendera Merah Putih.  Pengibaran ini memiliki arti bahwa Republik Indonesia telah merdeka dan kemerdekaan itu juga telah sampai di Selatpanjang.


Upaya untuk mengibarkan Bendera Merah Putih tidak semudah yang dibayangkan.  Belanda dan antek-anteknya,  terutama bekas pegawainya sebelum kedatangan Jepang, ingin kembali berkuasa di Selatpanjang. Mereka berusaha mengagalkan pengibaran Bendera Merah Putih ini.  Berbagai cara mereka lakukan,  mulai dari menyebar isu buruk,  propaganda,  sampai ke intimidasi secara fisik. Namun,  semua tindakan antek-antek Belanda itu gagal. 


Akhirnya,  pada 17 Oktober 1945, rakyat Selatpanjang menghelat sebuah peristiwa bersejarah,  yaitu Pengibaran Bendera Merah Putih yang pertama di Selatpanjang. 


Peristiwa pengibaran Bendera Merah Putih yang pertama kali di Selatpanjang ini,  dihelat di tanah kosong sekitar Makam Datuk Bandar Konel,  tepian Telaga Bening.  Petugas Pengibar Bendera Merah Putih yang pertama ini adalah Mohammad Taib Ibrahim, yang kala itu dikenal dengan nama Taib Hitam. 


Begitulah sejarah telah mencatat sulitnya perjuangan untuk mengibarkan Bendera Merah Putih di Selatpanjang.  


Namun, kesulitan dan pengorbanan para pejuang itu banyak yang melupakan. Ini menjadi catatan kepahitan dalam peradaban sejarah. Bahkan kepahitan itu terasa semakin getir,  mana kala kita melihat langsung tempat pengibaran Bendera Merah Putih Pertama sekali itu.  Kini tanah kosong itu menjadi tempat kumuh,  centang perenang, ditimbun dengan meja dan kursi tempat orang berjualan. Tapak tiang pancang  pengingat sejarah yang pernah dibina di sini dahulu,  dibuang tanpa adab.  Nasipnya tragis,  hampir tidak dilirik orang.  Padahal peristiwa yang besar pernah terjadi di atasnya.  Inikah bentuk balasan kita terhadap tanah dan tempat yang bersejarah itu?


Atas nama Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), kami menyampaikan catatan sejarah ini untuk menjadi ingatan bersama.  Kepada Camat Tebing Tinggi dan Lurah Selatpanjang Kota,  bila ada waktu tinjau-tinjaulah tempat bersejarah ini.  Kepada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti,  melalui instansi terkait,  kami mohon buatlah kajian tentang tempat ini,  layak atau tidak dibangun sebuah Monumen Sejarah Pengibaran Bendera Pertama.  Sekurang-kurangnya pagarkanlah tanah ini,  sebagai tanda tempat awal maruah bangsa ditegakkan.

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Mengenang 80 Tahun Pengibaran Bendera Merah Putih di Selatpanjang

Terkini

Topik Populer

Iklan

Close x