terkini

Ads Google

PLN dan Janji yang Tak Kunjung Terang

Redaksi
10/25/25, 06:37 WIB Last Updated 2025-10-24T23:37:47Z


Hari Listrik Nasional seharusnya menjadi momen refleksi atas kemajuan dan komitmen bangsa dalam menyediakan energi yang andal bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun, peristiwa di Selatpanjang, Kepulauan Meranti, beberapa hari sebelum peringatan itu, justru menggambarkan ironi yang menampar nurani: ratusan warga harus turun ke jalan karena listrik yang terus padam tanpa kejelasan.


Bukan sekadar gangguan teknis, pemadaman yang terjadi bahkan saat umat Muslim tengah melaksanakan Salat Jumat dan Magrib menunjukkan betapa rentannya sistem kelistrikan kita di daerah. Ketika rumah-rumah gelap, usaha terhenti, dan ibadah terganggu, rakyat kembali diingatkan bahwa janji pelayanan publik sering kali belum berjalan seirama dengan kenyataan.


Listrik bukan hanya soal nyala lampu. Ia adalah denyut kehidupan masyarakat modern — dari dapur, sekolah, hingga ruang ibadah. Ketika pasokan terganggu berulang kali tanpa solusi konkret, yang padam bukan hanya arus listrik, tetapi juga kepercayaan publik terhadap lembaga yang seharusnya menjamin keberlanjutannya.


Apa yang terjadi di Selatpanjang bukan peristiwa tunggal. Di berbagai daerah, keluhan serupa bergema: jaringan lemah, genset usang, hingga koordinasi yang lambat. Warga akhirnya menjadi pihak yang paling dirugikan, dipaksa bersabar di tengah janji normalisasi yang tak kunjung pasti.


Menjelang Hari Listrik Nasional, sudah saatnya PLN dan pemerintah daerah berhenti menjadikan peringatan ini sebagai seremoni tahunan belaka. Momen ini seharusnya menjadi ajang introspeksi — apakah semangat “menerangi negeri” benar-benar dirasakan hingga pelosok, atau justru hanya sebatas slogan di spanduk perayaan.


PLN harus berani melakukan evaluasi terbuka: dari tata kelola pasokan bahan bakar, manajemen perawatan mesin, hingga transparansi jadwal pemadaman. Masyarakat berhak tahu apa yang sebenarnya terjadi, bukan sekadar menerima janji 10 hari yang bisa berubah menjadi 100 hari kegelapan.


Energi listrik adalah hak dasar warga negara. Maka, memperbaiki sistem kelistrikan bukan sekadar tugas teknis, melainkan tanggung jawab moral terhadap rakyat yang membayar dan berharap. Hari Listrik Nasional akan benar-benar bermakna jika disambut dengan komitmen nyata: memastikan setiap rumah di Indonesia tak lagi hidup dalam ketidakpastian cahaya.



Oleh : Musa | Kabaran.id

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • PLN dan Janji yang Tak Kunjung Terang

Terkini

Topik Populer

Iklan

Close x