oleh Adrian | Perdana Indonesia
Untung dia Dedi Mulyadi.
Kalau bukan Gubernur Jawa Barat, mungkin sudah dilaporin ke polisi oleh perusahaan sebesar AQUA.
Tapi karena yang datang itu Dedi — sosok yang dikenal blak-blakan dan berani menegur langsung — publik justru melek:
air kemasan yang mereka minum ternyata tidak sesederhana slogan “air pegunungan murni”.
Awal Mula Polemik
Semua bermula saat Gubernur Dedi Mulyadi melakukan kunjungan pertama ke pabrik AQUA Subang.
Video sidaknya viral.
Dedi tampak mempertanyakan sumber air yang digunakan.
Warga sekitar ikut menyoroti — apakah benar air AQUA berasal dari pegunungan, atau justru dari sumur bor dalam di kawasan industri?
Isu pun melebar.
Masyarakat mulai membandingkan klaim iklan dengan realitas lapangan.
Narasi “air alami dari pegunungan” mulai digugat oleh publik sendiri.
Bantahan dari AQUA
Pihak AQUA tak tinggal diam.
Mereka membantah keras tudingan bahwa air mereka bukan air pegunungan.
Dalam rilis resminya, AQUA menjelaskan bahwa air yang diambil dari sumur bor tetap berasal dari lapisan akuifer pegunungan, bukan air tanah dangkal biasa.
Mereka juga menegaskan bahwa seluruh proses pengambilan air telah memenuhi regulasi lingkungan dan izin pemerintah.
Bantahan inilah yang kemudian memicu kunjungan kedua Dedi Mulyadi ke pabrik yang sama.
Tujuannya: meredam isu, meluruskan informasi, dan memastikan publik tidak salah tafsir.
Sikap ini justru menunjukkan bahwa Dedi lebih memilih dialog daripada drama.
Masalah Sebenarnya
Yang harus diperhatikan bukan sekadar “asal air”, tapi transparansi dan kepatuhan regulasi.
Jangan ada overclaim dalam iklan.
Air minum kemasan adalah bisnis yang menyentuh hajat hidup orang banyak — jadi publik berhak tahu sumbernya.
Untung yang ngonten Gubernur.
Kalau rakyat biasa yang viralin, mungkin sudah dituding menyebar hoaks.
lihat saja komentar netizen "wkwkwk ternyata aer sumur bor, isroil pulak"
Sementara Dedi justru membuka ruang diskusi — tentang air, kebenaran, dan keberanian melawan narasi besar.
%20(1)-min.png)

%20(1)-min.png)
