terkini

Ads Google

Banjir Sumatera, Dahlan Iskan Bilang "Main Kayu"

Redaksi
12/04/25, 08:35 WIB Last Updated 2025-12-04T03:25:36Z


Oleh Adrian | Perdana Indonesia.


Hujan tujuh hari tujuh malam di Sumatera bukan dongeng. Air turun seperti umat yang tak pernah berhenti sujud, tapi bumi yang menerima telah berubah: bukan lagi samudra akar, melainkan lantai keras bekas rimba yang ditelanjangi. Ketika air mencari jalan pulang, ia tak lagi menemukan hutan sebagai ibu—melainkan bukit gundul, perkebunan yang rakus, dan sungai yang penuh luka. Maka banjir datang, bukan sebagai musibah semata, tapi sebagai teguran.


Dahlan Iskan dalam catatan harian Disway membisik tajam—DAS Batang Toru kehilangan lebih dari 250 ribu hektare hutan. Seratus ribu hektare lebih habis digerus tambang, ribuan hektare lainnya berubah menjadi kebun dan konsesi. PLTA Batang Toru berdiri megah 510 MW, menjanjikan energi, tapi di sekelilingnya pohon-pohon tumbang seperti sejarah yang diremukkan pelan-pelan. Kita bangga dengan bendungan tinggi 110 meter, tapi lupa bahwa tembok terbaik penahan banjir justru akar yang menembus tanah—bukan beton yang memisahkan air dari kehidupan.


Di atas kertas, pemerintah bicara evaluasi. Menteri ingin menjadikan hujan kemarin sebagai baseline kebijakan baru. Kedengarannya visioner. Tapi bukankah lebih jujur jika kita mengakui penyakitnya sejak awal? Bukan hujan yang tak kenal jeda—melainkan hutan yang tak lagi punya kesempatan tumbuh. Ketika air meledak ke hilir, membawa rumah-rumah dan nyawa, siapa yang berdiri paling bersalah? Alam yang marah, atau manusia yang terlalu pandai bermain kayu?


Ya bermain kayu, adalah penyebab utama banjir sumatera.


Solusi tak perlu muluk: hentikan keserakahan, pulihkan hutan, beri ruang bagi pohon kembali menjadi pagar alam. PLTA bisa jadi kawan ekologi, bukan musuh, bila reboisasi berjalan, bila hutan rakyat diberi nilai bukan hanya menjadi komoditas jual-beli.


Akhirnya, bencana ini bukan soal air—tapi tentang karakter bangsa. Apakah kita masih mau menggadaikan hutan demi cuan sesaat? Atau memilih menanam, memelihara, agar anak cucu nanti tidak menyalahkan kita?


Karena banjir bukan air—banjir adalah ingatan. Dan alam selalu balas dendam dengan caranya sendiri.


#LingkunganHidup #BatangToru #Deforestasi #BanjirSumatera #SelamatkanHutan

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Banjir Sumatera, Dahlan Iskan Bilang "Main Kayu"

Terkini

Topik Populer

Iklan

Close x